Perbedaan kawih, kakawihan, dan tembang dalam Bahasa Sunda terletak pada keterikatan bait dan suku kata. Ketiganya masih termasuk ke dalam bentuk karya sastra semacam puisi, sajak, dan lagu. Sebelum melihat perbedaan lebih jauh mari kita simak pengertian masing-masing istilah.
Kawih artinya lagu. Berasal dari kata ‘kavy’ (dibaca kawi) yang berarti sya’ir. Seperti lagu pada umumnya yang sering kita dengar, kawih terbebas dari patokan atau pun aturan dan hanya terikatan oleh ketukan atau tempo.
Contoh kawih tradisional berbahasa Sunda yang terkenal adalah sebagai berikut Es Lilin dan Colenak. Sedangkan versi modern bernuansa pop contohnya ‘Kalangkang’ dipopulerkan oleh Nining Meida dan lagu-lagu Doel Sumbang.
Kakawihan juga berasal dari kata kawih. Kakawihan atau lalaguan pun hanya terikat ketukan dan tempo. Perbedaannya, kakawihan tercipta sebagai pengiring dalam permainan anak-anak dan bersifat anonim atau tidak diketahui pencipta dan penyanyi yang mempopulerkannya.
Singkatnya, kakawihan adalah nyanyian rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi dengan irama yang sama. Contoh kakawihan “cingciripit tulang bajing kacapit…”, “oray-orayan…”, dan “paciwit-ciwit lutung…”.
Terakhir, tembang adalah syai’r/puisi atau lagu yang terikat dengan aturan. Aturan ini disebut dengan pupuh. Maka, terkadang tembang juga disebut dengan pupuh. Dalam bahasa Sunda terdapat 17 pupuh yang masing-masing memiliki aturan guru wilangan (jumlah suku kata per bait) dan guru lagu (akhiran suara vokal).
Pupuh dalam basa Sunda: Asmarandana, Balakbak, Dangdanggula, Durma, Gambuh, Gurisa, Jurudemung, Kinanti, Lambang, Magatru, Maskumambang, Mijil, Pangkur, Pucung, Sinom, Wirangrong, Ladrang. Contoh pupuh Balakbak:
Aya warung sisi jalan rame pisan, citameng (15-e)
Awewena luas lieus geulis pisan, ngagoren (15-e)
Lalakina, lalakina, los kapipir nyoo monyet, nyanggereng (19-e)
Apabila kita ingin membuat tembang atau pupuh Balakbak maka bait pertama dan kedua harus memiliki 15 suku kata dengan akhiran suara vokal e serta 19 suku kata dan akhiran vokal e untuk bait ketiga.
Jadi, apa perbedaan kawih, kakawihan dan tembang?
Kawih dan kakawihan merupakan syair tanpa terikat aturan dalam pembentukan lirik atau baitnya. Hanya terikat tempo dan ketukan saat bernyanyi. Bedanya, kakawihan dinyanyikan dalam permainan anak-anak. Sedangkan tembang terikat oleh aturan dalam pembuatan baitnya, menyesuaikan dengan 17 pupuh dengan guru lagu dan guru wilangannya.
Naon beda na kawih, kakawihan jeung tembang?
Kawih jeung kakawihan kaasup kana syair atawa puisi anu teu ka iket ku aturan, saukuru kaiket ku ketukan jeung tempo. Tapi, kakawihan biasa dipake dina kaulinan barudak sedengkeun kawih henteu. Lajeng tembang mah aya kaiket ku aturan, nyaeta aturan guru wilangan jeung guru lagu.